
Kabar Kampus – Jakarta, 23 Januari 2025 – Dalam rangka memperingati Milad ke-33, Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Teknologi Muhammadiyah (UTM) Jakarta menggelar acara bertajuk DISERTASI (Diskusi Seru Tapi Berisi). Bertemakan “Kepemimpinan Inklusif: Mengarahkan Perubahan Positif di PK IMM UTM Jakarta”, acara ini berlangsung di Aula PWM Jakarta Pusat dengan menghadirkan para pakar sebagai pemateri dan dihadiri oleh 84 peserta.
Ketua pelaksana, Aulya Mariana Putry, menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan ini.
Menyusul sambutan hangat dari para peserta, Ketua Umum IMM, Keyko Richosta Afridho, menyampaikan dalam sambutannya dengan penuh antusiasme. “Kita sebagai mahasiswa adalah pemimpin masa depan. Maka dari itu, kita dituntut untuk terus berkembang dan menjadi lebih baik. Semoga acara ini berjalan lancar dan memberi manfaat untuk kita semua,” ujarnya.
Sementara itu, Dekan FST UTM Jakarta, Imam Santoso, S.Kom., M.Kom., turut menyampaikan pandangannya yang relevan dengan tema. “Teknologi telah membawa dunia ke genggaman kita. Sayangnya, kemajuan ini juga memunculkan ancaman seperti cyberbullying yang dapat merusak kesehatan mental. Saya bangga IMM mengangkat tema ini sebagai langkah konkret dalam menciptakan perubahan positif,” ungkapnya.
Beliau juga menambahkan, “Dengan inisiatif seperti satgas PPKS yang sudah dibentuk, saya yakin kita bisa memitigasi permasalahan ini. Mahasiswa harus menjadi pelopor perubahan di era digital.” paparnya. Ia juga menegaskan pentingnya tema ini untuk memotivasi mahasiswa menjadi agen perubahan positif.
Lebih jauh, pandangan kritis disampaikan oleh Ipda Wisnu Nusantoro dari Polres Jakarta Pusat. Dalam materinya, ia mengungkap fakta mengejutkan tentang kasus perundungan di Indonesia. “Lebih dari 3,2 juta siswa menjadi korban bullying setiap tahunnya. Setiap hari, 100 ribu siswa memilih membolos demi menghindari bullying,” jelasnya. Menurutnya, perundungan tak hanya merusak mental korban, tetapi juga menciptakan dampak jangka panjang pada kehidupan sosial mereka. Ia menegaskan bahwa bullying adalah perilaku yang bisa diubah melalui dukungan semua pihak.
Selain itu, M. Khairil Haesy dari Jala Hoax membahas isu hoax yang kerap memicu keresahan di masyarakat. “Informasi yang salah, meskipun sudah diketahui keliru, sering kali tetap disebarkan. Hal ini dapat memicu perpecahan sosial, kebingungan, bahkan korban jiwa,” terangnya. Ia mengingatkan bahwa masyarakat harus bijak dalam menyaring informasi dan tidak mudah terpancing oleh narasi yang dilebih-lebihkan tanpa sumber yang jelas.
Di sisi lain, Imam Prasetya Mulya Lesmana dari Jakarta Smart City mengupas langkah konkret untuk menciptakan lingkungan digital yang sehat. “Kunci internet sehat adalah menjaga privasi, melaporkan hal-hal mencurigakan, dan menciptakan lingkungan digital yang mendukung kesejahteraan,” ungkapnya. Ia juga memperkenalkan platform digital seperti JAKI dan CRM yang dibuat untuk mendukung pengelolaan kota secara efektif dan transparan.
Dengan demikian, diskusi ini menghasilkan kesimpulan penting: mahasiswa sebagai bagian dari Gen Z harus aktif berkontribusi dalam menciptakan perubahan positif di dunia digital. Penggunaan teknologi harus bijak dan bertanggung jawab agar tidak berdampak buruk pada kesehatan mental maupun fisik. “Ketika menerima informasi, jangan lupa untuk selalu periksa fakta, hindari hoax, dan gunakan media sosial untuk hal-hal produktif,” pesan para pemateri.
Acara yang penuh inspirasi ini diharapkan menjadi pijakan bagi mahasiswa untuk terus berkembang, beradaptasi, dan menjadi pemimpin yang inklusif di masa depan.